LEGACY

Keharuman melekat pada tangan yang memberi bunga
~ Proverbia

Khalifah Harun berencana membangun sebuah istana yang akan menandai kebesaran pemerintahannya. Disamping tanah lapang yang dipilihnya, berdiri sebuah gubuk sederhana. Khalifah mengutus menterinya untuk menawar pemilik gubuk –seorang tukang tenun yang tua renta- agar menjual tanahnya untuk diratakan. Sang menteri beberapa kali membujuk, namun gagal.

Sekembali bertemu khalifah, menteri mengusulkan untuk menggusur saja si orang tua itu dari tempat tinggalnya.

“Jangan,” jawab Harun ar Rasyid. “Ini akan menjadi wasiat bagi rakyatku. Saat mereka melihat istana itu, mereka akan berkata: khalifah yang agung. Dan ketika mereka melihat gubuk itu, mereka akan berkata: khalifah yang adil, sebab ia menghormati kehendak yang lain.”

Sungguh suatu keindahan: kebesaran yang membesarkan yang lain. Padahal pengalaman membuktikan banyak kebesaran yang coba-coba mengerdilkan lingkungan. Bahkan meniadakan keberadaan yang kecil-kecil. Mari kita simak fakta populer berikut:

Meski sama-sama orang terkaya dunia, Waren Buffet berbeda dibanding Bill Gates. William Henry Gates III, boss Microsoft itu digambarkan musuh-musuhnya laksana Vampire yang siap menyedot darah kelangsungan hidup perusahaan saingannya. Bahkan perusahaan-perusahaan perangkat lunak kelas gurem tamat riwayatnya, ketika ide-ide programnya ditiru habis dan masuk menjadi fitur-fitur program Windows atau Office. Berhadapan dengan gugatan Netscape –pengusung browser internet, Microsoft pernah diputus sebagai perusahaan yang melakukan persaingan tidak sehat dan monopoli. Saat itu pengadilan memerintahkan Microsoft dipecah menjadi dua, yang menyebabkan juga paket Internet Explorer terpisah sementara dari platform Windows. Bill Gates secara pribadi menjadi tokoh besar yang tak kalah banyak pembencinya, sehingga sering tak terduga dilempari sampah atau telur busuk di beberapa kesempatan.

Randall E Stross menyingkat penilaian orang dalam buku The Microsoft Way:

“On the one hand, we can accept a characterization of Gates as the antichrist, Microsoft as the evil empire, its software as junk, and the company’s success as rooted in deceptions, outright lies, legal trickery, and brute-force marketing.”

Warren Buffet lain. Warga negara Amerika yang telah menjadi wajib pajak sejak usia 13 tahun ini, dikatakan para pengamat sulit untuk dicari sisi buruknya. Dia tak punya catatan pelanggaran, apalagi penggambaran haus darah seperti Drakula. Dia tak pernah menonjolkan diri dan terkesan sombong, meski tiga milyar dollar ia gelontorkan setiap tahun sebagai pembayaran pajaknya. Komentarnya tentang pajak bahkan sangat afirmatif, dengan mengatakan: sistem pajak adalah sistem mulia, di mana orang bisa menderma kepada yang kurang beruntung, di mana orang bisa mengembalikan bagian yang menjadi hak masyarakatnya.

Ketenarannya ia pakai untuk memperbesar sedekah. Untuk dirinya sendiri ia memilih kesederhanaan, rumah tanpa pagar dengan 3 buah kamar, dan menyetir sendiri mobilnya sambil sesekali drive-through demi fastfood makan siangnya. Setiap tahun orang dari berbagai belahan dunia memasang harga jutaan dollar melelang kesempatan untuk bisa makan malam dan berbincang dengan Warren Buffet. Dan ia menyumbangkan uang lelang itu ke bermacam lembaga sosial. Untuk menyumbang Bill & Mellinda Gates Foundation, Warren merogoh kantongnya sendiri sebanyak 37 milyar dollar. Bayangkan, sama sekali jauh dari pamrih, mengingat dengan uang sejumlah itu siapapun bisa digdaya membangun yayasan sosial dengan besar-besar memancang namanya sendiri.

Warren Buffet juga tokoh yang banyak mengakuisisi, tapi juga lain. Alih-alih berperan sebagai raksasa yang menyingkirkan, ia lebih memilih menjadi sahabat pemilik awalnya, dan terus menghormati kepemimpinan dan manajemennya. Paling terkenal ia bisa bertahan menyerahkan kekuasaan pengelolaan supermarket material kepada Mrs. B, janda emosional berusia 95 tahun yang berjalan dengan kursi roda elektrik.

Kekayaan Warren adalah jenis harta dari model mensahabatkan diri dengan pihak lain seluas-luasnya. Dia mengawali tahun-tahunnya demi mendidik investasi dan memberikan informasi berharga kepada ribuan orang yang menanamkan uang di tempatnya. Ia sediakan aula besar bagi semua orang untuk bertanya apapun, tanpa memilih besaran uang yang dipercayakan kepadanya. Ia tidak memilih duduk di ruang mewah tertutup dengan sedikit investor kaya.

Dengan ini pantas bagi kita –para pejuang kemungkinan-kemungkinan besar yang baik, untuk tetap memperhatikan ujaran Sang Sahabat Besar Mario Teguh:

Maka perindahlah cara-cara Anda,
karena ketergesaan untuk mencapai yang indah,
sering membuat kita mengesampingkan keharusan
untuk menggunakan cara-cara yang indah.

Sebuah kualitas tidak bisa meninggalkan kualitas sebelumnya.
Sehingga kualitas dari semua sebab Anda,
akan selalu tercermin pada kualitas dari akibat yang Anda terima.

Maka, sebabkanlah hal-hal baik,
dan Anda akan dibahagiakan
dengan akibat-akibat baik.
(What a Wonderful World, Mario Teguh)

Tak kalah menyentilnya, sang sahabat mengingatkan kita dengan mengutip sang guru Kahlil Gibran: Bagaimana Anda bisa mencapai keindahan, bila cara-cara Anda tidak indah?
Hanya satu jalan lurus, keindahan hanya akibat dari sebab-sebab yang indah. Jalan lain adalah jalan-jalan ornamental, jalan-jalan berbelok yang menjebak. Yang potensial menipu. Yang potensial menyesatkan. [PUF 130809]

Unless otherwise stated, the content of this page is licensed under Creative Commons Attribution-Share Alike 2.5 License.